Undangan Pernikahan

UNDANGAN CANTIK

Selamat siang teman-teman mediamas.... hari ini saya posting undangan pernikahan, murah meriah, modis, ekonomis. silahkan dipilih dulu yah,...

Sabtu, 31 Maret 2012

Pengalaman Pribadi

Teng…teng…teng…. Bel tanda waktu istirahat bordering kencang, memecahkan konsentrasi siwa yang sebagian pikirannya sudah keluar main duluan meninggalkan jazad-jazad mereka di kelas…….
“ Cihui…..!!!!” sebagianmereka berteriak kegirangan setelah satu jam otakmereka dicekoki rumus-rumus MTK , dan pelajaran lainya. Aku masih sibuk masih di meja guru, mengamati hasil kerja siswa….begitulah nasib menjadi seorang guru.
Tiba-tiba terdengar suara gaduh di luar, aku segera angkat kaki dari ruang kelas. Aku lihat dua orang anak perempuan sama-sama menangis dan saling memukul, bak dua org tewondo yang sedang bertarung . Aku segera datang melerai mereka, ternyata mereka Santi dengan Tini. Aku ajak mereka ke kantor untuk menyelesaikan masalah mereka, tangan kananku memegang tangan kiri Sati dan tangan yang lain memegang tangan kanan Tini, aku layaknya seorang polisi yang meringkus para propokator dalam sebuah demonstrasi….hehe
“Silahkan duduk” kataku kepada keduanya. Mereka saya dudukkan saling berhadapan dan aku sendiri duduk diantara keduanya. Mereka masih menangis tersedu-sedu.
“Tenangkan dulu hati kalian, kita akan menyelesaikanya dengan sebaik mungkin. Sekarang bapak mau bertanya kepada Santi, mengapa Santi berkelahi dengan Tini? Kata saya bak seorang detektif kesiangan.
“ Huk, huk..i..itu pak Ti..Tini nggak mau tegur sapa la..gi sama ak..ku, malah dia bilang sama aku katanya aku nggak mau tem..maan sama dia, padahal aku nggak ada masalah apa-apa sama dia..huk…huk. Santi masing senggukan belum menguasai diri.
“Tidak pak…..!!” Tini memotong. Ini anak blm di tanya dah berkoar-koar kataku dalam hati.
“ Tini tunggu dulu, bapak belum tanya sama kamu, tenangkan hatimu” . aku menenangkan tini.
“Santi, di sekolah ini ada guru, tempat kamu mengadu, kalau kamu menemukan masalah seharusnya kamu sampaikan kepada gurumu, karena guru adalah wakil orang tua kamu di sekolah, kita tidak boleh main tuduh atau main hakim sendiri, boleh jadi itu hanya perasaanmu saja. Kamu tidak menjadikan gurumu sebagi tempat mengadu, disinilah kesalahanmu, bagaimana Santi? Kamu mengerti kan?
“I…ya pak, saya mengerti. Maafkan saya pak?” Santi menyadari kesalahanya
“Baiklah, ga masalah, lain kali kalo ada masalah mengadulah sama gurumu, minta lah bantu mencari solusinya” aku menyarankan lagi.
“Iya pak” kata santi
’“Tini, bapak mau tanya. Betulkah yang dikatakan Santi?” tanyaku sungguh-sungguh. Seakan menuntut seperti seorang jaksa…hehe
“Pak, Ak..ku mau kok pak teman sama dia, lagian dia nggak ada salah kok sama aku, aku nggak mau menyapa di..ya karena dari kemarin dia diamin ak..ku pak, jadi aku serba salah mau negur di..ya. Huk..huk.. Santi juga masih senggukan juga.
“Terus kamu, ambil keputusan sendiri, tanpa minta bantu sama gurumu? Berarti kesalahan kamu sama dengan Santi, kamu mengikuti prasangka dan main hakim sendiri” kataku menimpali. Tampak nya dia menyadari bahwa kesalahanya sama dengan temannya
“Maafkan aku pak”kata Tini tertunduk sepertinya dia ketakutan sama aku, padahal mukaku nggak serem loh…hehe
“ Baiklah, ga masalah, kalau demikian yang terjadi itu namanya salah paham. Pada dasarnya kalian tidak saling membenci, kalian berprasangka buruk dan mengikuti nya, sehingga kalian sampe brantem” mereka terdiam masing masing tertunduk tak tahu harus bagaimana.
“Teman yang baik itu mau memaafkan kesalahan tanpa diminta” aku member wejangan…hehe kayak kyai yah.
“Sekarang bapak mau tanya sama Santi, kamu sayang Tini nggak” tanyaku serius
“ya pak” jawab Santi
“ Kalau kamu sayang dia, berarti kamu mau kan memaafkan dia?” tanyaku menambahi
“Mau pak” Kata Santi lagi.
“Baiklah, Sekarang Tini, kamu sayang Santi kan?
“Ya pak” Jawab Tini
“Maafkanlah Santi”.
“Iya pak”
Tanpa di duga mereka saling bertubrukan, saling berpelukan dan kembali menangis, untuk saling meminta maaf, Mereka seperti teman lama yang baru saja bertemu. Subhanallah, tanpa sadar mataku berkaca-kaca terharu melihat kejadian itu. Sepertinya aku ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Takut air mataku di ketahui mereka aku segera meninggalkan ruangan sambil menghapus air mata yang hamper saja menetes. Wawh kalau ketahuan murid bisa dinilai sebagai guru cengeng nih…hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar